Kamis, 28 April 2016

Beberapa Fakta Tentang Kartini

             Peringatan hari Kartini Kartini tahun ini sangat membuat saya terkesan. Tak hanya karena Festival Kartini IV yang begitu semarak dan me-Nasional (sehingga perwakilan dari beberapa daerah di Indonesia berdatangan), kebetulan juga bertepatan dengan rencana Hanung Bramantyo membuat film tentang Kartini, tetapi kali ini saya benar-benar ingin membaca sebanyak-banyaknya tentang Kartini, tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Berawal dari buku Kartini Pembaharu Peradaban karya Hadi Priyanto yang temukan di rak Perpusdes Insan Baca Purwogondo saat bersih-bersih, lalu saya baca sekilas. Tiba-tiba hati saya tergetar ingin membaca terus dan terus. Padahal saya telah menemukan buku itu di tempat lain beberapa tahun yang lalu, bahkan di taman baca rumah saya sendiri ada. Namun daya pikat Kartini begitu maksimal di hati saya kali ini. 
             Bukan karena rasa fanatik kedaerahan, bukan karena saya ikut-ikutan trend. Tapi saya merasa ada beberapa hal menarik yang perlu kita semua (warga negara Indonesia, khususnya orang Jepara) ketahui dan ambil hikmah dari perjalanan hidup Kartini yang termasuk singkat itu. Ditambah lagi saya ditawari buku baru tentang kartini oleh seorang teman (Ibu Nurus Syahadah, Kepsek Paud IT Ali Bin Abi Thalib) karya istri Bapak Tiffatul Sembiring. 

Beberapa poin yang saya beri garis merah dari hasil membaca saya dan juga perbincangan dengan orang-orang yang saya anggap kompeten seperti saya tuliskan berikut ini:

1. 
Ibu Ngasirah. Meski ia istri pertama dan melahirkan anak-anak Bupati Jepara saat itu, namun ia tak bisa menjadi permaisuri karena ia dari golongan rakyat jelata. Ia harus memanggil anak-anaknya dengan sebutan "Ndoro", sementara anak-anaknya termasuk Kartini tak boleh memanggilnya "Ibu", tapi "Yu". Antara ibu dan anak tinggal terpisah sejak Kartini masih berusia empat tahun. Kartini dan saudara-saudaranya, Ayah, serta ibu tirinya di dalam pendopo (rumah Bupati), sedangkan Ibu Ngasirah di bilik belakang rumah.
"...saya telah menyaksikan neraka dari jarak dekat, malahan saya berada di dalamnya...saya telah menyaksikan penderitaandan merasakan sendiri kesengsaraan ibu saya sendiri...karena saya adalah anaknya." ungkapnya kepada Stella, sahabatnya.


2.
Kartini amat gembira dengan dikabulkannya permohonan beasiswanya belajar ke Belanda. Namun...ia akhirnya memutuskan tidak jadi mengambil beasiswa itu dengan berbagai pertimbangan. Ia memikirkan orang lain, keluarganya yang akan sakit jika ia berangkat. Pandangan masyarakat akan gadis yang menjadi orang Belanda, sedangkan ia ingin mendidik masyarakatnya, maka hal itu akan membuatnya makin jauh dari rakyat. Juga melihat keadaan ayahnya yang sakit keras. Ia pun mengajukan permohonan untuk sekolah di Batavia saja. Namun sebelum ada jawaban akan permohonan itu dari pemerintah, keburu datang lamaran dari Bupati Rembang. Kartini merasa lamaran itu sebagai kehinaan yang memalukan. Justru ia menjadi korban yang harus ditolongnya.
Namun, ia tak punya pilihan lain. Ia pun rela menerima keputusan ayahnya karena ia melihat peluang untuk mewujudkan cita-citanya dengan menjadi istri bupati.
Semenjak itu... Ia sering sakit-sakitan. Ia memikirkan beasiswa yang ia batalkan, merasa bersalah dengan teman2 yang sudah membantunya, memikirkan apa yang sedang ia alami.
Ia memohon pada pemerintah agar memberikan dana untuk beasiswanya pada seorang pemuda yang ingin menjadi dokter, agar perjuangan berbulan-bulan tak sia sia. Meski pemuda itu bahkan tak kenal Kartini...


3.
Kartini menerima pinangan Bupati Rembang dengan syarat: Pertama, Bupati Rembang harus menyetujui gagasan gagasan dan cita cita Kartini. Ke dua, di Rembang ia diperbolehkan membuka sekolah.
Harapan Kartini menyala lagi, ia mengagumi dan mulai bisa menerima cinta Raden Adipati Joyo Adiningrat.
"Saya ingin melalui jalan yang paling pendek", tulis Kartini.


4.
Kartini yang dekat dengan teman-teman dari Belanda, juga keluarganya berhubungan baik dengan pemerintah Hindia Belanda, ternyata tidak semata-mata menutup mata terhadap ketidakadilan pemerintah Hindia Belanda pada pribumi.

"...cukai candu salah satu sumber penghasilan yang kaya raya bagi pemerintah Hindia Belanda. Tidak peduli apa yang terjadi pada rakyat, baik atau buruk, pokoknya... pemerintah beruntung itu yang paling penting. Kebiasaan rakyat yang terkutuk itulah yang mengisi dompet pemerintahan Hindia Belanda dengan beratus-ratus ribu, berjuta-juta uang mas. Banyak orang yang mengatakan bahwa mengisap candu itu tidak jahat, tetapi mereka yang mengatakan demikian tidak pernah melihat Hindia atau melihat dengan mata buta." (cuplikan surat Kartini pada Stella, 25 Mei 1899)

"Pemerintah memang mengusahakan baik-baik kesejahteraan penduduk Jawa. Tetapi sayang, pemerintah membebani rakyat dengan pajak-pajak yang berat." (Surat Kartini kepada Stella, 12 Januari 1900)

Kartini prihatin dengan kepedulian pemerintah akan kesehatan masyarakat. Penyakit yang menjangkiti rakyat seperti TBC, kolera, beri-beri, cacing, dan pes. Menurut Kartini, hal ini menunjukkan betapa pelayanan kesehatan oleh pemerintah sangat rendah.

Masih banyak surat Kartini kepada sahabatnya yang mengkritisi ketidakadilan pemerintah Belanda pada pribumi. 


5.
 Kartini adalah seorang yang memiliki jiwa keingintahuan tinggi, dinamis, dan gelisah dengan ketidakberesan di sekitarnya. Termasuk dalam hal beragama, Kartini dekat dengan kalangan gereja dan ingin merasakan ada di tengah mereka. Kartini juga yang meminta AlQur'an diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti masyarakat. Lalu apakah Kartini islam atau beragama lain?

"...saya ingin menghayati hidup dalam berbagai lapangan, misalnya dalam distrik pertambangan di tengah-tengah pekerja tambang, atau di dalam kota praja kristen bumiputera, di kampung melayu, pecinan, dan di manapun juga....."
(Surat Kartini pada Eddie C. Abendanon)

"Bagaimana saya mencintai agama saya, kalau saya tidak mengenalnya? Tidak boleh mengenalnya? Al Qur'an terlalu suci untuk diterjemahkan, dalam bahasa apa pun juga. Di sini tidak ada orang tahu bahasa arab. Di sini orang diajari membaca Al Qur'an, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya."
Kartini menceritakan pergumulan spiritualitasnya dengan Stella 6 November 1899. 

Cuplikan surat Kartini kepada Stella 6 November 1989:
"Agama dimaksudkan sebagai berkah untuk kemanusiaan, untuk menciptakan pertalian semua makhluk Tuhan ....Ya Tuhan, kadang saya berharap, alangkah baiknya, jika tidak pernah ada agama. Sebab agama yang seharusnya justru mempersatukansemua manusia, sejak berabad abad justru menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang ngeri......"

Namun akhir pergumulan spiritual Kartini tumbuh satu pemahaman benar tentang hubungan pribadinya dengan Allah dan manusia, seperti dalam suratnya kepada Ny. Abendanon, 12 Oktober 1902:
"Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepadaNya. Kami ingin mengabdi kepada Allah, dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah."

"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu:"Hamba Allah. Bukankah telah saya katakan kepada Ibu, bahwa kami telah lama melepaskan segala kebahagiaan pribadi? Sekarang hidup menuntut janji itu..." (1 Agustus 1903)

Surat Kartini yang ditujukan kepada Ny. Van Kol:
 "Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai." (21 juli 1902)


Menurut saya beberapa poin di atas perlu kita ketahui, selain bahwa Kartini telah berjasa bagi pendidikan wanita di Indonesia, khususnya di Jawa.

Semoga bermanfaat...dan mari terus membaca.


Ella Sofa, Pengurus Perpusdes InsanBaca




Rabu, 06 April 2016

Perpustakaan Desa Purwogondo “INSAN BACA” ada di sini…




Menyediakan buku-buku berkualitas untuk dibaca dan dipinjamkan, serta komputer dengan internet
GRATIS
untuk semua warga Desa Purwogondo dan sekitarnya.
Tersedia buku-buku untuk anak maupun umum, dengan berbagai kategori:
1.     Psikologi
2.     Agama
3.     motivasi,
4.     pengetahuan umum
5.     buku cerita.
Juga akan diadakan kegiatan:
1.     kelas menulis yang akan dilaksanakan tiap Jum’at sore (pukul 15.30 sampai selesai, mulai tanggal 15 April 2016)
2.     pelatihan ketrampilan
3.     pelatihan internet, dan kegiatan bermanfaat lainnya.


Kunjungilah perpustakaan kita semua. INSAN BACA. Ssst…ada hadiah untuk pengunjung paling aktif tiap bulannya lho.


“INSAN BACA, tempat menambah ilmu dan mengisi waktu dengan aktivitas bermanfaat.”
(Lokasi: Kompleks balaidesa Purwogondo)